In Memoriam: Prof. Nggandi Katu

Pagi-pagi, baru absen kantor, belom juga masuk lift, saya ketemu Dekan FISIP dan diberitahukan bahwa Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Prof. Nggandi Katu meninggal dunia pk 6 pagi ini.

Jadi begitu sampe di kantor, suasana hectic mulai merambat.  Berhubung saya kenal owner rumah dukanya, maka saya langsung menghubungi beliau untuk urusan administrasi.  Cek ruang duka mana yang available lalu janjian ketemu pk 9.  Lalu saya pergi ke rumah duka, cek ruangan, melihat pilihan peti dan ngecek semuanya, mastiin sebelum jenazah tiba, semua uda rapi dan well-done.

Setengah hari berlalu dengan kesibukan di rumah duka.  Dalam hati saya berkata, pengalaman mengurus meninggalnya nenek tahun lalu ternyata berguna.  Di situasi seperti ini, walopun sudah pasrah dan rela, tetapi kebanyakan keluarga yang ditinggalkan tidak cukup gesit/sigap mengurus segala sesuatunya.  Suasana hati yang masih berduka, mental yang syok, emosi yang labil membuat pikiran sulit bekerja dengan jernih.  That’s what I was there for 🙂 — sampe cindy komentar: wah bisa bikin last-minute-EO.com dong hahaha…

Well, yang pengen saya tulis bukan hanya itu. 

Prof. Nggandi memiliki tempat khusus di lingkungan pendidikan.  Beliau ga cuma seorang pendidik profesional di dunia akademik, namun Prof.Nggandi dan keluarganya terkenal sangat baik hati.  Rumahnya di bilangan Karawaci tersedia bagi publik dan menjadi salah satu tempat pembelajaran gratis bagi anak-anak sekitar daerah Bencongan.  Klo ga salah, namanya Dutasia.

Secara pribadi, saya punya kenangan khusus bersama Prof. Nggandi.  Dalam kunjungannya ke China April 2006 lalu, saya mendapat kesempatan untuk bertemu dan menemani beliau.  Kami mengunjungi Xiamen Uni, lalu South East Uni di Nanjing lalu juga Peking Uni di Beijing.  Kami tidak hanya explorasi kemungkinan kerja sama dan pembukaan program Mandarin di kampus, tapi juga sempat menikmati kuliner lokal setempat  

Waktu kami dapet kesempatan nginjek Tiananmen Square, Prof. Nggandi berkata, wah ini yah lapangan yang terkenal itu… saya masih ingat Sin, saya masih kuliah di Amerika, waktu nonton TV melihat suasana Tiananmen yang berdarah… dan sekarang saya di sini… *dengan mata menerawang, berdiri di tengah lapangan Tiananmen*

Dan pengalaman paling kuat yang tertinggal di hati saya adalah ketika suatu malam kami berjalan-jalan menyusuri trotoar di Nanjing… secara abis makan malem mata belum ngantuk juga, rasanya sayang klo cepet-cepet tidur… jadi saya dan Prof. Nggandi sepakat untuk jalan-jalan sambil ngobrol…

*sigh* it was so sweet 🙂

… Selamat jalan Prof. Nggandi

Karawaci, Rabu 27 Februari 2008 – saya percaya, berharga di mata Tuhan kematian orang yang dikasihiNya…

5 thoughts on “In Memoriam: Prof. Nggandi Katu

Leave a reply to Sinta Lucia Cancel reply