[Pandemi] Setelah 7 bulan

Senin, 16 Maret 2020. Hari pertama ‘belajar’ di rumah, hingga hari ini, 11 Oktober 2020. Sudah 7 bulan aku dan anak-anak di rumah akibat pandemi Covid 19 ini.

Lama banget ga post di blog ini. Pernah ada yang tanya, kenapa ga menulis lagi. Sejak punya anak, too many stories, ga ngejer buat nulis. Lalu awal-awal pandemi, mood menulis dan posting IG menurun drastis. Lama-lama menyesuaikan diri dan mulai menikmati ritme hidup yang baru.

Tulisan kali ini adalah untuk mencatat hal-hal baik yang terjadi selama pandemi dalam hari-hari aku di rumah bersama anak-anak. Yang aku kuatirkan terjadi, yaitu anak-anak stres di rumah, tidak terjadi sama sekali. Awal-awal tanpa sadar aku yang lelah, di bulan April sempet tepar 3 hari, panas demam ga jelas, sampe parno apakah tertular Covid. Rapid test waktu itu jelas negatif. Setelah bed rest total 4 hari, badannya pulih dan bisa beraktivitas lagi. The good thing was, anak-anak “terpaksa” mandiri karena mama tepar ga bisa nemenin beresin urusan sekolahan.

Somehow, living at home like this, spending time a lot at home gives me a sense of nostalgic. Kayak waktu dulu tinggal di daerah, ga punya banyak alternatif hiburan, most of the time just stay at home. Sekarang much better, walau di rumah aja, ada hiburan Netflix, WeTv, Disney Hotstar, YouTube dll. Dulu ya cuma nonton Google Five, Unyil dan Dunia dalam Berita hehehe… Tentu dengan setumpuk majalah Bobo, komik dan buku-buku cerita. Ternyata, spending time at home like nowadays kinda gives me sense of peace, tenang aja gitu di rumah, ga worry harus ketemu banyak orang.

Trus apakah jadi ga pengen bergaul? Thanks to Whatsapp and Zoom, lewat 2 media ini, kebutuhan bergaul masih tersalurkan. Apalagi dengan berbagai kelas online via zoom, interaksi dengan sesama manusia masih terjadi. Sempet kuatir, kalo kelamaan di rumah, nanti lupa cara berkomunikasi dengan teman, gimana dong?

Both kids are very happy staying at home. JR bilang, dia punya waktu lebih banyak untuk bermain. Bangun juga ga perlu pagi-pagi banget. Jam 7 sekolah, jam 6.00 bangun, langsung mandi dan sarapan. Biasanya kan bangun jam 5…. Ga cuma anaknya mama juga lelah hehehe… Yang menarik, hampir semua mama komen, anak-anak sejak PJJ alias home learning, lebih jarang sakit, sehat-sehat semua dan naik berat badan hahaha… this is very true, gimana ga chubby, frekuensi makan bertambah, tapi gerak terbatas. Space rumah juga ga cukup luas untuk bisa lari beberapa putaran seperti di sekolah. Banyak duduk nonton dan ngemil. Nah nah…

Semoga pandemi cepat berlalu ya. Senyaman apapun kondisi berdiam di rumah, bisa kembali pada kehidupan normal tanpa rasa waswwas, kembali ke sekolah dan belajar seperti dulu kala, pasti lebih menyenangkan.

Jatinegara, 11 Oktober 2020

Cara Menjadi Member Young Living

Sudah 3 tahun sejak posting saya tentang Young Living tahun 2017, sampai sekarang masih ada aja pertanyaan via email mengenai Young Living, terutama mengenai komisi (hahaha, emang bagian yang seru yah kalo ini). Sebelum bisa mendapatkan komisi, yang paling penting adalah jadi member dulu yaa… Karena dengan menjadi member, terbuka banyak kesempatan, kesempatan belajar dan kesempatan sejahtera secara fisik dan keuangan hehehe…

Cara jadi member gampang sekali. Dengan membeli paket Premium Experience, maka seseorang sudah resmi menjadi member Young Living. Premium Experience Package itu bentuknya seperti ini:

Isi Premium Experience Package (PEP) adalah:
10 essential oil yang terpakai sehari-hari: Frankincense, Copaiba, Digize, Lavender, Lemon, Lemongrass, Pan Away, Peppermint, Purification, RC, Tea Tree, Thieves (biasanya 10 oil secara random dari beberapa pilihan oil).

1 botol Stress Away 5 ml
1 botol Aroma Ease 5 ml

1 unit Diffuser (bisa pilih Desert Mist/kiri atau Dew Drop/kanan)

Botol kosong (biasanya buat sample).

Brosur

Paket ini seharga 2.393.000 — bagus kan harganyaaa… Kenapa saya bilang bagus? Karena, kapan lagi bisa dapet 12 oil dan diffuser seharga kurang dari 3 juta. Bayangin, 1 diffuser Young Living di paket itu harganya 956.000, lalu kalo duit sisanya dibagi dengan 12 oil, jadi harga per oil nya dibagi rata sekitar 120 ribu sajaa! Gilaak kan, coba aja cari oil mana, import, 100% pure essential oil, therapeutic grade, seharga segitu! Apalagi di dalamnya ada Frankincense yang manfaatnya segudang. Nah kalo ga percaya… google deh manfaat Frankincense. Dengan kecanggihan oil seperti itu, harga 120 ribu sih oke banget deh.

Uniknya lagi, paket ini cuma bisa dibeli 1x saja dengan nama yang sama. Jadi misalnya saya, cuma bisa beli 1x atau 1 paket aja. Ga bisa tuh mumpung murah, saya beli 5 paket. Jadi kalo ada orang yang bisa beli berkali-kali, agak-agak mencurigakan belinya pake nama siapa #nyengir 🙂

Anyway, yang berminat beli paket ini dan jadi member, japri aja ya, atau langsung klik ini — tinggal isi aja form data di situ. Gampang dan praktis. Oiya, yang daftar lewat link itu, hubungi saya ya karena saya mau kirim bonus welcoming kit. Pengen liat welcoming kit nya? Kayak gini niiih…

IG @the.essential.odyssey

Yauda, kabarin ya kalo uda daftar, nanti japri alamatnya ke WA, supaya bisa dikirim bonus tambahannya.

Ga bakal nyesel punya Premium Experience Package!

Jatinegara, 13 Juli 2020

Perbedaan Enroller dan Sponsor dalam Young Living

Setelah 2 tahun jadi Member baru nulis sekarang hahaha… Ini saking banyaknya pertanyaan mengenai bedanya sponsor dan enroller, maka blog ini dipost.

Begitu ada member baru, maka di formulir ada kolom Enroller dan Sponsor.  Apakah bedanya?

  1. Anggaplah begini… Sinta cerita soal manfaat Thieves kepada Yuli, bagaiman Thieves ngebantu banget meningkatkan daya tahan tubuh anak-anak di rumah termasuk Sinta sendiri.  Lalu Yuli ikutan coba Thieves dan merasakan manfaat yang sama, lalu pengen ikut jadi member Young Living.  Jadi, Sinta mendaftarkan Yuli sebagai member YL.  Yuli menulis nama Sinta di kolom Enroller dan Sponsor.
  2. Sebagai Enroller, maka Sinta akan mendapatkan Fast Start Bonus sebesar 25% dari total pv pembelian Yuli selama 3 bulan pertama.  Misalnya, Yuli daftar sebagai Member ER (Essential Rewards).  Salah satu persyaratan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan ER adalah belanja 100 pv setiap bulan. Di bulan pertama, Yuli belanja 100 pv.  Lalu di bulan kedua 100 pv dan di bulan ketiga 100 pv lagi.  Sinta akan mendapat 25 pv setiap bulan.

Di Amerika, 1 pv dihitung sama dengan 1 USD.  Saya belum tau kira-kira kurs yang dipake YL Indonesia berapa.  Ada yang bilang, dipatok 11.000 (aih rugi ya hiks… Secara kursnya kan 13ribuan yaa)  ~~ Jika benar 11.000, maka 25 pv kurang lebih senilai Rp. 275.000.  Menurut ketentuan di Compensation Plan, bonus ini maksimal diberikan hingga Rp. 2.360.000,- untuk setiap member baru yang didaftarkan.  Untuk mendapatkan Fast Start Bonus, Sinta harus belanja min 50 pv di bulan tersebut.

Jika Yuli mendaftarkan temannya, misalnya si Lulu, Sinta akan mendapatkan 10% pv dari Lulu selama 3 bulan pertama.  Menurut ketentuan di Compensation Plan, bonus ini maksimal diberikan hingga Rp. 940.000,- untuk setiap member baru yang didaftarkan.

3. Sebagai Sponsor dari Yuli, Sinta mendapatkan komisi senilai 8%.  Kalo bonus Enroller cuma 3 bulan, bonus 8% sponsor ini berlaku SEUMUR HIDUP (selama jadi member maksudnya hehehe).  Setiap Yuli belanja setiap bulan, maka Sinta mendapat 8% dari pv.  Untuk memenuhi syarat mendapatkan komisi 8% ini, Sinta harus maintain 100 pv per bulan.

Ada 1 jenis bonus lagi namanya Start Living Bonus, senilai Rp. 295.000,- bonus ini didapat Sinta jika Yuli membeli Premium Starter Kit pada pembelian pertama.  Biasanya pembelian pertama (PSK) ini terhitung SO (Standard Order).

Enroller dan Sponsor bisa orang yang sama, bisa juga orang yang berbeda.  Misalnya gini:

Sinta mendaftarkan Yuli.  Lalu Yuli mendaftarkan Lulu.  Dalam perjalanan waktu, Sinta bertemu Mimi, lalu ketika Mimi mendaftar sebagai member, dalam formulir bisa tertulis Sinta sebagai Enroller dan Yuli sebagai Sponsor Mimi.  Biasanya hal ini terjadi ketika Sinta ingin menyusun struktur organisasi.

Demikian penjelasan mengenai Sponsor dan Enroller.  Nah… khusus selama bulan Mei ini, ada promo Premium Starter Kit senilai Rp 2.153.700,- yang isinya 1 Dew Drop Diffuser dan 12 oil ukuran 5 ml (Frankincense, Thieves, Citrus Fresh, Copaiba, Lavender, Lemon, PanAway, Peppermint, Purification, RC, Stress Away,  Aroma Ease), beserta Starter Kit.  12 Oil ini tergolong oil basic yang dipakai sehari-hari.

Jadi ketika Yuli mendaftar sebagai member di bulan Mei ini dan membeli produk promo Premium Starter Kit (PSK) di atas, maka Sinta mendapatkan bonus sebesar 275.000 + 295.000 = 570.000,- ~ Lumayan buat belanja sayur organik 2 minggu ya!  ^__^

Jika ada pertanyaan mengenai hal ini atau mengenai produk Young Living lainnya, silakan email ya.  Have a good day!

 

Jatinegara, Minggu 21 Mei 2017

Sinta, ID 2804738

5 Buku Wajib Punya – Wajib Baca pengguna Young Living

Begitu seseorang menjadi anggota/member YL, pertanyaan oil nya segambreng.  Buat batuk pake apa, oles di mana, berapa tetes, dilute/campur ga.  Buat pilek pake oil apa, oles di mana, berapa tetes, sehari berapa kali, dsb.  Buat kurusin badan bisa ga ya, pakenya di mana, dll.  Segambreng pertanyaan mulai berentet ditujukan pada teman yang uda duluan pake.

Awal-awal saya gitu juga sih, penasaran kan. Berhubung saya termasuk yang risih kalo sering bertanya (ehm sebenernya lebih ke rasa ga sabar nunggu dijawab hahaha), saya melakukan banyak riset pribadi.  Saya cari tau bahan bacaan apa yang diperlukan supaya bisa memahami berbagai fungsi dan aplikasi essential oil.  Saya usahakan beli buku atau cari pinjeman literatur yang mendukung.

Dari hasil 2 tahun belajar dan ikut kelas, berikut ini adalah beberapa literatur pendukung yang menurut saya perlu dilalap supaya makin kenal sama YL essential oil:

  1. Essential Oil Desk Reference (EODR), terbitan Life Science Publishing (ini bukunya GEDE dan TEBEL).  Ada versi kecilnya, namanya Essential Oil Pocket Reference (EOPR).  Yang kecil lebih murah, tapi tentu ga sekumplit yang besar.  Ini kayak buku primbon YLEO, informasi produknya lengkap banget nget nget.  Sejauh ini yang saya tau, bisa dibeli di toko buku Life Science Publishing di Suntec, Singapore.  Ini webnya http://www.discoverlsp.sg  ~ Ketika mampir Singapore, mampir deh.  Musti beli buku ini, informasinya sangat membantu. [edited 1 Mei 2021: LSP Singapore sudah tutup tahun 2020]
  2. Chemistry of Essential Oil Made Simple, ditulis oleh Dr. David Stewart.  Bukunya kayak kamus tebelnya hehehe, perlu effort bacanya tapi menarik dan memberikan pencerahan.
  3. Healing Oils of the Bible, ditulis oleh Dr. David Stewart.  Ini salah satu buku bagus yang saya berhasil dapet di awal-awal perjalanan saya belajar YLEO.  Saya sangat terkesan dengan isi buku ini, pokonya musti baca.
  4. Releasing Emotional Patterns with Essential Oils, ditulis oleh Carolyn Mein.  Aih, denger judulnya aja uda bikin deg-degan.  Ini salah satu buku yang saya cari sejak lama, baru berhasil baca beberapa bulan lalu.  To me personally, buku ini membantu saya menjawab beberapa kegalauan emosi (*idih bahasanya).   Dalam hidup kita kadang terjadi peristiwa-peristiwa emosional yang ga selesai.  Buku ini membahas bagaimana essential oils bisa membantu memberikan pola emosi yang baru dalam hidup kita.  Seru ga tuh.
  5. Ultimate Balance, ditulis oleh LeAnn Dearduff.  Di buku ini dibahas soal jam-jam organ tubuh dan kaitannya dengan essential oil, bagaimana aplikasi essential oil bisa mendukung kerja organ.

Nah minimal baca 5 buku itu dulu deh, cukup untuk memberikan pencerahan dan edukasi pribadi. Sisanya buku-buku lain jadi tambahan, baru beli setelah “lulus” baca 5 buku itu.  Bisa dicari di Amazon, atau di market place untuk mendapatkan buku-buku tersebut.  Buku-buku lainnya saya update belakangan ya supaya ga bingung hehehe…

Selamat membaca ya!

Jatinegara, 17 Mei 2017

Sinta, YL ID 2804738

Horee akhirnya buka!

Akhirnya.

Demikian ungkapan lega setiap member Young Living (YL) di Indonesia.  Setelah sekian lama bolak balik order dari YL Singapore, menunggu dan berharap, mendengar konfirmasi pembukaan kantor YL di Jakarta bagaikan angin adem di tengah panas terik Jakarta *ehem* ~ ibaratnya, 2 tahun saya long distance relationship, sekarang akhirnya deket deh hehehe…

Sabtu, 29 April 2017 adalah tanggal resmi Grand Opening Young Living Indonesia.  Per Selasa, 2 Mei, kantor YL resmi beroperasi dan langsung penuh dengan antrian manusia para member Indonesia, ganas memesan paket promo PSK (Premium Starter Kit).  Paket ini dibandrol dengan harga Rp. 2.153.700 dan isinya 12 oil berukuran 5 ml plus 1 Diffuser (Diffuser ini aja biasanya dijual seharga 956.000).  Cuma berlaku selama bulan Mei 2017.  Dan, cuma new member yang bisa beli.  Member lama kayak saya ga bisa beli di harga tersebut kecuali saya bikin keanggotaan baru hehehe…

Isi oil nya adalah: Citrus Fresh, Copaiba, Frankincense, Lavender, Lemon, PanAway, Peppermint, Purification, RC, Thieves, Stress Away, Aroma Ease.  Total 12 ml oil, semua berukuran 5 ml.  

Ini alamat kantor Young Living Indonesia:

CUSTOMER CARE: Tel. +62 21 8082 5999

Fax. +62 21 8082 5901

MAIL: PT. Young Living Indonesia
Gedung Agro Plaza Lantai Dasar,
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. X-2 No.1,
Jakarta 12950

EMAIL: custserv.ID@youngliving.com

 

Saya ga pernah ikutan aktivitas MLM sebelumnya dan ini pun ikutan YL kayak kejebur haha… awalnya cuma user alias pemakai, cocok dan jatuh cinta.  Eh lama-lama kegiatannya sampe terseret sejauh ini.  Menyenangkan deh, ga cuma ketemu temen baru, tapi yang lebih memuaskan adalah banyaknya informasi penting yang bermanfaat.  Misalnya, untuk urusan P3K di rumah jadi terasa lebih lengkap.

Syarat menjadi anggota ga sulit.  Tinggal isi formulir dan lampirkan fotokopi KTP.  Yang di luar kota juga ga perlu kuatir, tinggal email aja, beres deh…

Di postingan selanjutnya, saya akan tulis manfaat dari oil yang terdapat di PSK (Premium Starter Kit).  Yang belum coba, silakan cari kesempatan mencoba ya. Paling nanti jadi demen kayak saya hehehe…

 

Jatinegara, 17 Mei 2017

Sinta, ID 2804738

 

(minimal) 10 Ide Kado Non-Mainan | My List of Non-Toys Gift Ideas

Hai hai… Udah lama banget ya ga post blog.  Ide menulis seakan-akan terbang dari otak saya sejak punya anak (*alesan emang segudang hahaha).  Tetiba hari ini ada yang pengen ditulis nih.

Punya 1 anak, mainan masih bisa dikontrol.  Begitu usia berjalan dan jumlah bocah bertambah, mak mulai pusing nih.  Secara mainan bertambah dan space ruangan segitu-gitu aja.  Apalagi kayak hari ini, momen Natalan, bocah-bocah dikasi kado Natal dari keluarga kanan kiri.  Seneng loh dikasi kado, tapi sejujurnya mak juga pusing ngerapiinnya… Mbok ya kasi lemari aja daripada mainan melulu *curcol*  ~ Dari seminggu lalu, waktu adik saya telpon nanyain si bocah mau dibeliin A gak, atau B aja, saya sampe dengan jujur (tanpa kurang ajar) menolak kado yang jelas-jelas berupa mainan (apalagi ukurannya gede).  Bukannya ga bersyukur dikasi kado, tapi untuk mainan-mainan besar seperti itu, saya lebih memilih rental aja.  Mainnya toh ga lama, tapi puyeng setelahnya simpen di mana.

Setelah momen buka kado berakhir, saya mikir, kira-kira kalo pengen kasi kado anak (terutama ke anak sendiri) yang non-kado, apa yah?  Trus saya browsing dan nemu 1 link baguuus banget.  Ternyata si mama ini juga pernah mikirin yang sama kayak saya.  Puyeng dia mainan menggunung setiap tahun.  Tulisan dia  lengkapnya bisa dilihat di sini ya.

Ide kado non-mainan versi saya so far kayak gini:

  1. Tiket, baik itu yang sifatnya sekali main atau yang terusan, misalnya ke Kidzania, Dufan, Ancol, Seaworld, Ragunan, Taman Safari dll.  Atau tiket khusus, misalnya tiket nonton Disney on Ice, Sirkus, Musical Drama (dulu saya pernah nonton Witch di Singapore dan itu bagus banget), dll
  2. Baju, ga cuma baju sehari-hari yang pasti kepake, tapi baju khusus misalnya kalo anaknya les balet, kado baju balet bisa jadi alternatif.  Kalo anaknya ikut klub bola, kado baju bola bakalan kepake banget.  Atau baju renang, secara baju renang merek Speedo aja terhitung mihil.
  3. Kado yang sifatnya memberikan pengalaman, misalnya ikut kelas Wine Tasting (ini kalo anaknya uda SMA kali ya), naik Helikopter (wah siapa yang ga pengen coba yaaa), meni-pedi (ini kalo anaknya uda gedean, bisa bikinin meni pedi party), dll.  Kado ikut kelas atau les ini lumayan banget meringankan bujet bulanan mak nya, misalnya bayarin les musik (biarin cuma uang les 1 bulan aja uda oke banget), beliin alat musik (yang lagi diperlukan), bayarin les gambar atau kelas craft, dll.
  4. Voucher hotel.  Biarpun cuma 1 malam, kado kayak gini membahagiakan banget deh…  Anak-anak bisa hepi main air dan berenang, ortu bisa rileks dan santai sejenak dari rumah, menikmati suasana kamar hotel.
  5. Tiket pesawat atau kereta ke luar kota, misalnya ke Bandung atau Bali atau mana aja yang kira-kira doable dan masih masuk bujet sebagai kado.  Sekalian tiket ke Disneyland boleh ga…
  6. Buku.  Ayo kita semangat membaca buku!  Kegiatan membaca buku ga cuma bermanfaat menambah kosa kata anak dan membangun struktur bahasa yang baik, tapi juga membangun kedekatan anak dan orang tua.  Pilih buku sesuai usia anak, kalo kelewat rumit, pas bacain kayaknya si mama duluan tidur hahaha… Kalo ada bujet lebih, atau bisa patungan, rak buku bakalan diterima dengan senang hati. Yang mirip juga dengan buku misalnya kado langganan majalah, atau hobby (misalnya yang saya tau kayak http://www.louloudiybox.com/)
  7. Barang-barang lain yang sifatnya mendukung proses belajar tapi bukan mainan, misalnya teleskop, kaca pembesar, binokuler, globe, papan tulis, dll.  Saya jadi keinget, pas SMP dulu lagi happening banget nulis pake Rotring.  Ga tau deh kalo sekarang, masih pake ini ga sih buat nulis di kelas (eh taunya uda pada pake laptop kali ya buat nyatet??).
  8. Kado apps atau Itunes Gift Card.  Misalnya ada apps bagus yang pengen dibeli tapi selama ini ga rela belinya.  Coba aja tanya ortunya, lumayan kan jadi kado yang bermanfaat.
  9. Binatang peliharaan.  Kalo yang ini, musti cek usia anaknya ya.  Kalo masih kecil sih alamat nambahin kerjaan mak nya hahaha…
  10. Saving plan.  Tau-tau suatu hari dapet amplop yang isinya lembaran cek atau bukti deposito, cihuy bener deh.

Atau… kadoin ortunya getaway aja trus selama ortunya getaway, tolong jagain anaknya sekalian ya hahaha… That would be an awesome gift for everyone 😀

Apa ide kado non-mainan versi kamu?

 

 

 

Jatinegara, 25 Desember 2016 ~ Selamat Natal 2016, damai di hati damai di bumi.

 

Movement Based Learning

Sejak punya anak, saya makin tertarik dengan seminar atau kelas yang berhubungan dengan anak.  Saya ikuti parenting seminar di Gereja.  Ikut juga seminar braingym di sekolah anak.   Masih nyimak juga artikel-artikel tentang anak yang bertebaran di internet.  Ga semua diikuti sih, kira-kira yang seru aja.

Suatu hari saya mendapatkan ajakan via Wa untuk mengikuti kelas Movement Based Learning (MBL).  Kelas berdurasi 8 jam tersebut menarik saya sejak lama, padahal waktu itu sebenarnya belum kebayang isi kelasnya seperti apa.  Saya tertarik karena mendengar preview dari instrukturnya, Ibu Winawati, bagaimana gerakan-gerakan sederhana bisa membantu menstimulai perkembangan otak anak.

Jadilah hari Jumat, 19 Februari saya meluangkan waktu seharian untuk mengikuti kelas ini.  Di kelas MBL saya belajar gimana fungsi otak dan apa hubungannya terhadap masa tumbuh kembang anak.  Masa tumbuh kembang ini meliputi masa bayi – balita dan seterusnya, matang secara fisik dan emosi.  Siapa sih yang ga pengen anaknya pintar dan matang secara emosional?  Jangan sampe uda gede anak bawaannya galau melulu lah ya hehehe.  Mending dibikin sibuk aja supaya pikirannya ga macem-macem (lah ini sih maksud emaknya aja supaya anaknya ga ngerecokin emaknya huahahaha).  Lalu dijelasin bahwa ada 3 dimensi penting, yaitu dimensi fokus, pemusatan (centering) dan lateralitas, dan gimana pentingnya stimulasi terhadap 3 dimensi tersebut sehingga semakin banyak neuron yang terhubung dalam otak anak.  Keren kan bahasanya hahaha… #kayakngertiajagw

Kelas MBL ini pada dasarnya berpedoman pada buku Kegiatan Menyusun Balok: Membangun Fondasi Tumbuh Kembang Anak yang ditulis oleh Cecilia Koester.  Awalnya kelas ini ditujukan bagi para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.  Namun kelas ini pun bisa digunakan secara umum.  Jika untuk anak berkebutuhan khusus saja tergolong sangat baik, tentu ga masalah untuk anak biasa ya.  Buku tersebut memberikan panduan tentang beberapa pola gerakan dasar yang bermanfaat pada masa tumbuh kembang.  Penerapan yang teratur dari gerakan-gerakan tersebut bisa mempermudah dalam mencapai ketrampilan dasar misalnya berjalan, berbicara atau kemampuan fokus/daya konsentrasi.  Bayangin… coba saya tau kelas ini pas hamil hehehe, kan bisa langsung diterapkan sejak kelahiran anak pertama kan?? #alesan

Karena sebelumnya saya pernah ikut seminar BrainGym di sekolah, beberapa penjelasan di kelas tersebut tidak terasa asing.  Misalnya bentuk angka 8 tidur (infinity) yang banyak diterapkan sebagai pola gerakan.  Kelas MBL dimulai dengan mencoba membuat infinity dengan telapak tangan di permukaan yang kasar.  Kegiatan yang sederhana, namun ternyata mampu berkontribusi dalam menjernihkan pikiran.  Jadi buat mereka yang sedang berkutat dengan kegiatan tulis menulis panjang, misalnya tugas paper/thesis, bisa dicoba trik ini.  Simple tapi berguna banget. Eh, kalo lagi galau, bisa ga ya??

Dari 3 dimensi yang dijelaskan tersebut, jika kita sudah memahami dengan baik, maka bisa ketauan keadaan seorang anak, kira-kira dalam dimensi yang mana ia masih perlu perbaikan.  Dimensi fokus adalah dimensi kecerdasan mengarahkan perhatian.  Di sinilah hal partisipasi terjadi.  Jadi, jika seorang anak masih malu berpartisipasi dalam suatu kegiatan, stimulasi di titik ini perlu dicoba.  Lalu dimensi kedua, dimensi pemusatan (Centering) adalah dimensi kecerdasan mengelola emosi.  Seorang anak yang sering emosi tanpa alasan, tantrum ga jelas, perlu diberikan stimulasi lebih konsisten di bagian ini.  Lalu dimensi ketiga, yaitu dimensi lateralitas, adalah dimensi kecerdasan mengolah informasi.  Jadi anak-anak yang sudah lebih besar biasanya sudah di tahap ini, karena sudah mulai menyimpan informasi lebih banyak di kepala.

Untuk menstimulasi 3 dimensi otak tersebut, ada 8 cara/teknik sederhana yang direkomendasikan.  Mulai dari Spinal Walking, Navel Radiation, memanjangkan otot kaki, mengaktifkan batang tubuh, tepuk telinga, mengetuk tulang tengkorak dan mengaktifkan mata.  Kalo baca bukunya doang sih dijamin ga seru.  Baru terasa seru ketika waktunya mencoba ke sesama peserta.  Karena praktek, saya bisa tau kalo salah, lalu bisa diperbaiki yang benernya gimana.  Hasilnya juga bisa langsung terasa.  Saya makin ga sabar untuk mencobanya pada anak-anak di rumah nanti!

Anyway, saya mulai rutin seminggu ini menerapkan memanjangkan otot kaki ke anak-anak tiap malam.  Si mbak di rumah juga sudah saya ajarin gimana melakukannya sehingga mereka bisa melakukannya ketika saya tidak ada di rumah.  Kita lihat ya hasilnya gimana.  Semoga kegiatan-kegiatan ini membantu anak sehingga pas waktu masuk SD, anaknya lebih pinter dan emaknya bisa less-stressed hahahaha #maksudtersembunyi

Btw saya baru dapat kabar, akan ada kelas Braingym lagi nanti pada akhir Maret.  Jika ada yang berminat ikutan, japri ya, nanti saya kasitau informasinya.

Segini dulu, mulai ngantuk nih…

 

Jatinegara, 23 Februari 2016 –

 

Loneliness. Do you?

Kalau dulu membaca cerita orang yang kesepian, saya sering heran, kenapa bisa kesepian?  Bukannya di sekitar kita selalu banyak orang?  Bukankah ada teman?

Tapi memasuki jaman di mana justru sosmed bertebaran, ngobrol tinggal ketik, di situlah saya justru lebih sering merasa kesepian.  Lalu mengerti, oh pantes ya banyak orang bisa depresi akibat kesepian.  Perasaannya ga enak banget, sungguh menyiksa.

Sosmed yang mustinya bisa jadi penghubung antara teman, sejujurnya terkadang bikin saya merasa sedih.  Karena di balik keceriaan yang tampil dalam foto itu, saya tau, saya tidak ada di sana, saya cuma bisa melihat foto tapi tidak merasakan keceriaan itu.

Pagi ini waktu baca-baca artikel, saya membaca 1 artikel soal kesepian.  I read, read and read.  I want to put them in mind, so when I feel lonely, I know what to do and how to be strong to overcome it. I keep reading and suddenly all the good things flashed into my mind.

I am grateful for Nathan and Jenna.  For when I am lonely, they remind me that being a mother is a wonderful experience, a noble task, an honor to love, to nurture and to be their living example.  As there is no perfect child, there is no perfect parent.

When I was battling with a memory from the past, a friend told me about 3 questions which I need to ask myself every time it bothered.  The 3 questions are:

  1. Could you let go?
  2. Would you let go?
  3. When?

She told me that those 3 questions will help me to recover until one day it is no longer bothering me anymore.   And yes, I repeat those 3 questions when loneliness bothers.  Could you let go?  Yes.  Would you let go?  Of course.  When?  RIGHT NOW 🙂

I feel so much better then ^_^

If any of you are interested in reading what I read this morning, you can find it here and here on how to battle loneliness and  here.

Have a blessed week!

 

 

Jatinegara, 24 November 2015 – It is OK to be alone.  Just like the sun is alone and he is keep shining every morning  — anonymous

#TOTM November: ketika anak batuk

Hari Minggu, 15 November 2015 dilewati dengan “berkunjung” ke 2 IGD.

Jadi ceritanya, Jenna sudah pilek beberapa hari, lalu mulai batuk di Sabtu siang.  Masih keliatannya oke-oke aja, ikut kelas gym dan balet dengan ceria.  Belakangan ini saya emang bolak balik oles RC di dada, so far works fine.

Minggu siang batuk Jenna mulai makin parah.  Terkekeh-kekeh seperti kakek tua yang keselek minum dan asap rokok (gimana itu ya?).  Saya masih santai.  Oles 1 tetes Frankincense on the way home sepulang dari Gereja.  Setibanya di rumah, saya oles RC dan diffuse Eucalyptus Radiata, she slept well.  Bangun tidur, saya raba tubuhnya kok hangat, ternyata 38.5.  Saya oles Pepermint 1 drop di kaki, dalam 1 jam suhu tubuhnya turun ke 37.5.  Sejam berikutnya, normal di 36.5.  Tapi… sorenya kok makin parah.  Saya jadi ga pede, apa yang salah ya.  Biar hati tenang, saya bawa deh ke IGD deket rumah.  Sesampainya di IGD, dokter jaga bilang gpp, cuma diresepin Mucopect.

Baru sampe rumah, baru 1 suap makan malam, Jenna muntah dan mengeluh sakit perut.  Pegang perut sambil nangis-nangis.  Duh, saya jadi ragu, did I miss anything?  Saya observasi selama 1 jam, Jenna tertidur.  Terbangun lagi sambil menangis dan mengeluh sakit perut.

Biar hati tenang (secara mak nya uda ga sanggup ni kalo sampe begadang), mari deh ke IGD lagi.  Pilih yang jauhan dikit, secara ga enak hati kalo balik lagi ke IGD sebelumnya hihihi…

Dicek, ga ada apa-apa, laper nih kata dokter. —- YAELA??  hahahaha…

Sepertinya sakit tenggorokan maka malas menelan.  Gitu kata dokter.  Diresepin antibiotik ringan (Azomax) dan Rhinos Junior untuk pileknya.

Dari RS sampai rumah, Jenna tertidur pulas.  Saya oles Cough Blend di dada dan punggung.  Jenna tidur sampai pagi, bangun 2x untuk minum susu.  *laper niyee*

Dan paginya, Jenna bangun segar, ceria seperti semalam ga ada apa-apa…  *maknya urut-urut dada aja, bersyukur karena ga ada apa-apa, menatap obat yang kemaren dibeli sambil mikir, yah buat apa beli obat ya??*

Btw… Cough Blend ini oke banget, bisa dicoba untuk anak batuk.  Isinya: 15 tetes Raven, 15 tetes RC, 5 tetes Lemon, dan 10 tetes Peace Calming.  Taruh dalam 1 botol kosong.  Oles 1-2 tetes aja jika perlu.  Karena ada Raven, pelu dilute dengan minyak nabati ya.  Takut panas di kulit anak.

Moral of the story: jadi mak memang harus pede aja yah…

Jatinegara, 16 November 2015

Dari Pilates ke Yoga

Jika tulisan saya sebelumnya saya cerita soal keputusan saya ikut Pilates, tulisan kali ini mau cerita what yoga has done in my life.  Dulu sebelum menikah, saya rutin yoga di rumah, pake dvd Rainbow Mars.  Pengennya ikut kelas yoga beneran tapi waktu itu belum ketemu lokasi yang pas.  Pernah ikut kelas yoga di klub fitnes tapi entah kenapa rasanya ga cocok, gerakannya terasa pelaaaannn banget sampe saya ngantuk.q124w

Gara-gara sesi kelas Pilates saya berakhir, saya terpikir untuk ikutan kelas lain yang jaraknya lebih dekat dengan rumah.  Dari info teman, saya mendapatkan lokasi studio yoga yang ternyata lumayan dekat, 15-20 menit aja sampe.  Senang kan ^__^  Lalu saya mendaftar dan mulai ikut kelas Yoga rutin sejak Agustus tahun lalu.  Awalnya cuma 1x seminggu, tapi setelah beberapa bulan, saya tambah jadi total 2x seminggu, kalo pas sempet ya jadi 3x.  Yoga studio yang saya ikuti sifatnya rumahan, dan dikategorikan Power Yoga.  Kurang lebih artinya, gerakan yoga yang terlihat perlahan tapi sebenarnya dilakukan dengan power (tenaga).

Bener banget, Yang saya suka dari kelas Yoga ini, biar judulnya perlahan tapi keringetan deras mengalir.  Pelan tapi saya bisa merasakan otot-otot badan bergerak dan “kena sasaran”.

Contoh gerakan dasar Yoga seperti ini:

Yoga 2

Note.  Gambar di ambil dari sini

Gerakan Surya Namaskar A dan B adalah gerakan dasar yang pasti dilakukan setiap sesi pertemuan yoga.  Keliatannya gampang dan sederhana, kenyataannya bisa mengeluarkan keringat juga.  Dan ketika dilakukan dengan benar, otot tangan dan kaki ikut terlatih dengan baik.

Lalu, mengapa yoga?

Buat saya, yoga menjadi kebutuhan dengan alasan-alasan berikut:

1.   Yoga membuat saya menjadi lebih pelan.  Di tengah kegiatan sehari-hari di Jakarta yang serba cepat dan sepertinya tergesa-gesa, beryoga membuat saya belajar menikmati menit demi menit secara perlahan.  Sambil menikmati waktu, saya menikmati pergerakan otot yang terjadi dalam tubuh saya.

2. Yogam elatih konsentrasi dan fokus.  Ketika beryoga sambil mikirin macem-macem, rasanya sulit sekali menikmati gerakan yoga.  Jadi terasa kurang maksimal gitu.

3. Yoga menggerakan dan melatih otot-otot tersembunyi dalam tubuh saya.  Hasilnya, selain badan jadi lebih lentur dan fleksibel, otot pun kuat.  Makin berumur, punya badan lentur itu memberikan banyak keuntungan.  Ga cuma jadi lebih fit, tapi ga cepet pegel!  Kebiasan rutin yoga, bolos yoga malah bikin badan sakit loh.

4.  Rutin yoga membuat otot kaki jadi lebih kuat, dan lemak bagian paha dalam yang selama ini sulit terjangkau, terkikis dengan sendirinya.  Saya baru nyadar, orang yang rajin yoga biasanya punya kaki yang ramping dan keren.  Paling keliatan kalo pake legging, peratiin deh 😀

5.  Bonus berikutnya selain otot yang terlatih (dalam kasus saya, terasa banget otot punggung bagian bawah), yoga melatih saya memiliki postur tubuh yang baik.  Apa yang telah saya pelajari di pilates, saya lanjutkan dalam yoga.

6. Yoga membuat saya tidur lebih enak.  Ini efek menyenangkan sehabis olah raga ya, bobo jadi lebih puleesss….

Pada akhirnya, berat badan yang stabil  adalah bonus tambahan dan bukan tujuan utama saya beryoga.  Ga nyangka kan, gerakannya terlihat sepele dan pelan, tapi bisa diandalkan untuk memberikan manfaat-manfaat tersebut di atas.

Sebagai referensi, terlampir pose-pose yoga sesuai level kemampuan:

yoga 3

Selama saya beryoga, saya ga ambisius untuk bisa menguasai pose-pose yang sulit.  Saya lebih memilih menguasai gerakan dasar dengan benar.  Nanti aja sejalan waktu, ketika badan saya siap, saya pasti bisa melakukan gerakan-gerakan yang sulit.

Buat yang belum pernah coba yoga, silakan browsing lokasi yoga terdekat dan nikmati waktu beryoga.  Lakukan dengan benar dan jangan dikejar waktu, pasti akan mendapat manfaat yang maksimal.

Namaste!

Jatinegara, 7 Juli 2015